iklan

"Ternyata Menjadi Guru Belum Tentu Bisa Menjadi Pendidik", Sebelum kamu Mengajar, Belajar dulu !

 

"MOTIVASI GURU DALAM MENDIDIK :

BELAJAR DALAM MENGAJAR"


            Apa yang terlintas di pikiranmu tentang bagaimana menjadi seorang guru ? mungkin ada yang mengatakan "ENAK", "DIHORMATI",  dan "KERJANYA TIDAK BERAT" seperti di perusahaan-perusahaan yang memiliki target dan beban lebih banyak. Apalagi sekarang ini, masa pandemi covid-19 sekolah belum bisa kembali normal dikarenakan proses pembelajaran tidak bisa bertatap muka, semua proses pembelajaran menjadi dipaksakan untuk lebih cepat beradaptasi dengan teknologi jarak jauh. Semua kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring ( dalam jaringan ) dengan tujuan melindungi kesehatan generasi bangsa dari pandemi yang belum mereda.

"KERJA GURU SEKARANG ENAK, TUGAS MENGAJAR TERALIHKAN KE ORANG TUA DI RUMAH, SEHINGGA TUGAS GURU HANYA MEMBERIKAN TUGAS MELULU"

Nah, ...

Kalimat seperti itu pasti pernah kalian dengar kan ?

Yuk, duduk manis, kita simak beberapa ringkasan yang aku ambil dari kuliah umum yang disampaikan Kak Butet Manurung !

            Pertama, kita samakan persepsi terlebih dahulu mengenai guru itu apa. Mengambil dari istilah jawa " DIGUGU LAN DI TIRU", sehingga menjadi guru itu memang bukan pekerjaan berat namun lebih dari sekadar pekerjaan berat, karena menjadi pengganti orang tua di rumah itu lebih dari sekadar sebuah pekerjaan. Mungkin aku bisa katakan menjadi guru bukan hanya sekadar memberikan materi dan mencerdaskan anak bangsa, tetapi juga harus bisa memahami karakter siswa, berpikir keras mencari cara agar ilmu yang akan diberikan bisa dipahami dengan baik, dekat dengan siswa, membuat pembelajaran menarik, menjadi teladan, dan yang paling penting mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan ke dalam kehidupan sehari-hari. 

               Kak Butet Manurung, seorang pendiri Sokola Rimba, dimana di sana sekolah memiliki arti bermakna bagi siswa-siswinya. Dari sana aku semakin paham bahwa yang dibutuhkan manusia bukan hanya mahir membaca dan menulis, namun bagaimana bisa menjalani hidup dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya, utama dari manusia lain yang bermaksud jahat. Pengalaman nya berada di Sokola Rimba membuat ku haru dan tercengang ternyata masih banyak yang belum aku pahami tentang menjadi guru. Akhirnya satu kata yang harus ku pegang, sebelum mengajar belajar dulu supaya paham.


                Sistem pendidikan sudah kontekstual, bayangkan anak rimba yang hafal ratusan mamalia, jejak, obat kalau digigit, perangkapnya, siklus hidupnya, belum lagi semua binatang lain, serangga, reptil, dsb, ribuan tanaman, kontur tanah, juga kecakapan hidup, bertahan hidup di rimba, membaca tanda alam atau bencana, obat tradisional, mantra, pengetahuan adat, norma dan kepercayaan. dsb. ( Butet Manurung, MAAPD ). Ketika proses pembelajaran diaplikasikan dengan kehidupan nyata yang biasa sering dihadapi, maka bukan tidak mungkin semua teori dalam buku bisa dikuasai manusia dengan baik.  Sehingga, pendidikan kita belum bisa maju bukan hanya terletak pada sistemnya, namun juga sumber daya guru yang menjadi fondasi utama penegak dan pembentuk anak. Semua guru harus memahami lebih dalam, arti seorang guru dan bukan dijadikan sebuah pekerjaan saja, namun disertai dengan keikhlasan serta tanggung jawab.

            Satu kisah yang menyadarkanku dari Kak Butet, beliau bercerita tentang setiap penolakan yang dilakukan anak rimba untuk belajar membaca dan menulis. " Kami sudah bisa baca-tulis, tapi kenapa hutan masih habis juga ?" (Peniti Benang, 2001). Begitulah salah satu alasan kenapa mereka ragu untuk belajar, namun akhirnya mereka mau belajar dengan tujuan ketika sudah bisa membaca mereka mampu berkembang dan berpikir bagaimana mengatasi penindas yang merugikan mereka. 

            MENGAPA SISTEM SOKOLA FORMAL TIDAK COCOK DI BEBERAPA TEMPAT ? 

1. Sekolah formal tidak mengajarkan kemampuan yang sesuai dengan kondisi/potensi sekitarnya.

2. Sekolah formal tidak mengakomodir cara belajar lokal dan sifat alamiah yang dinami di alam bebas.

3. Sekolah formal tidak mengatasi persoalan kehidupan dan perubahan sekitar murid ( setan bermata runcing).

4. Sekolah formal tidak mengakomodasi nilai dan kebenaran versi lokal

Itulah beberapa alasan yang dijelaskan Kak Butet kenapa di Sekolah Rimba memiliki kurikulum sendiri, begitu aplikatif dan menerapkan pendidikan yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa arti sesungguhnya dari pendidikan adalah proses belajar yang menyenangkan dan bermanfaat. Menurutku, ini bagus sekali jika diterapkan di sekolah formal. karena aku yakin sekolah di setiap daerah memiliki potensi dan permasalahan yang berbeda-beda. Andai, sekolah bisa merdeka untuk membuat kurikulum nya sendiri dan pengambil kebijakan di sekolah tersebut mampu menghidupkan, bukan tidak mugkin anak- anak akan senang sekolah, karena sekolah bukan hanya sekadar mencari nilai 100 tapi, ketika pulang ke rumah mereka mendapatkan ilmu baru yang menarik. Sungguh indah, jika hal itu terjadi. Setiap anak,bersemangat belajar dengan penuh tanggung jawab tanpa harus didorong dan dipaksa sekolah.

      Prinsip Guru HUMILITY ( human, humus, humble ) EDUCATION ( e dan ducares=membebaskan). Belajar dulu sebelum Mengajar, Guru punya tanggung jawab sosial selain mengajar. Mengajar itu sarana pendidikan, bukan tujuan ! Sungguh kalimat yang bermakna dan harus menyadarkan semua guru bahwa betapa penting nya kita bagi anak-anak, bukan hanya sosok nya namun cara mendidik nya yang bekelanjutan yang dipahami. Jujur aku sebagai guru malu jika belum bisa mampu menjadi sosok pendidik yang benar untuk siswa. Motivasi yang diberikan Kak Butet begitu inspiratif dan menyadarkan. Saat ini, dunia pendidikan sedang belajar, belajar dengan segala keterbatasan ruang dan keluasan teknologi untuk bisa memanfaatkan dan berpikir bagaimana cara agar pembelajaran yang diterima anak-anak kita dapat bermakna dan tidak ada yang namanya siswa bolos sekolah, terlalu banyak rebahan, bosan dan tidak paham pelajaran. 

                Pendidikan harus kontekstual berdampak, artinya berkontribusi dalam kehidupan. Semoga tulisan hasil rangkuman kuliah umum dari Kak Butet bisa menggugah para pembaca untuk bersemangat belajar, setiap kehidupan kita terus belajar dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. 

Merdeka belajarnya 

Rumah Belajar portalnya

Maju Indonesia

Kamu bisa cek beberapa alamat pembelajaran yang menarik dan aplikatif untuk bisa diterapkan di sekolah, rumah dan lingkungan. Silahkan cari di halaman pencarian Google Chrome, Mozila Firefox, Bing atau lainnya yaitu belajar.kemdikbud.go.id .

Follow juga Instagram Rumah Belajar Kemdikbud atau Twitter https://twitter.com/_rumahbelajar?s=20 . Kamu bisa juga bisa lihat Youtube Chanel Rumah Belajar Kemdikbud, video lengkap kuliah umum Kak Butet Manurung dan lainnya ada disana, silahkan like dan subscribe ya ! supaya kamu tidak ketinggalan informasi dann kegiatan yang diselenggarakan Kemdik

Post a Comment

0 Comments