Jika anda memiliki cita-cita sebagai guru, pertimbangkan terlebih dahulu apakah anda siap selalu belajar tanpa henti ?
karena menjadi guru bukan pekerjaan gampang lho, sahabat ! belajar dari seorang guru hebat dari SD Negeri 2 Sidorejo yaitu Bu Esti Dwinarniyati, S. Pd Gr yang menyebutkan bahwa di lingkungan sekolah dasar kami dituntut untuk serba bisa. walaupun bukan berasal dari latar belakang pendidikan bahasa jawa, kami harus mampu membelajarkan dengan baik kepada siswa mengenai bahasa jawa. Apalagi, tantangan di era digital dan globalisasi ini pengaruh barat lebih trend di kalangan anak muda, sehingga khususnya bahasa jawa sudah banyak yang tidak paham karena di rumahnya sudah tidak diterapkan. Beliau mengatakan bahsa jawa ini adalah bahasa ibunya orang Jawa Tengah, seharusnya sudah sepatutnya walaupun mahir berbahasa asing, bahasa jawa tidak ditinggalkan.
Nah, sampai disini anda sudah paham bahwa menjadi guru itu bukan hal yang mudah ? Guru itu harus "Multitalent" dan "Open Minded" mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan lingkungan sekitar. Bukan hanya ilmu yang harus menjadi pembiasaan namun, pembentukan karakter siswa juga diperhatikan. Bahasa Jawa mengajarkan kita bukan hanya sekadar berbahasa, beretika dan aturan berperilaku juga otomatis ada dalam bahasa jawa. Seperti yang sudah kita ketahui kalau dalam berbahasa jawa ada beberapa tingkatannya bagaimana berbahasa dengan orang tua, seumuran atau teman dan kepada adik atau yang lebih muda. Coba, lihat generasi milenial sekarang apakah menerapkan berbahasa jawa kepada anak-anaknya dan keluarganya ? wah, saya acungi jempol deh kalau sudah menerapkan ! 👍
Ada beberapa hal kecil yang dianggap sepele namun besar pengaruhnya jika kita paham bahasa jawa ini.
Pemakaian huruf O yang salah yang kini sering muncul.
1. sopo seharusnya ditulis sapa untuk menanyakan orang atau maknanya siapa.
2. piro seharusnya ditulis pira untuk menanyakan berapa.
3. jika ditulis sata artinya tembakau walaupun dibacanya soto , jika ditulis soto artinya soto
4. jika ditulis teka artinya datang walaupun dibacanya teko, jika ditulis teko artinya ceret
5. jika ditulis lara artinya sakit walaupun dibacanya loro, jika ditulis loro artinya dua
Sehingga, hal yang dianggap sepele ini sekarang banyak muncul di beberapa lagu dangdut koplo jawa yang sedang trend ternyata masih banyak keliru di tata penulisannya.
Kebanyakan masyarakat pun ada yang keliru ketika menulis pesan elektronik melalui sms atau wathsapp dll jika bermaksud ingin mengatakan "silahkan" dalam berbahasa jawa biasanya menuliskan dengan kata "monggo", padahal seharusnya ditulisnya mangga walaupun pengucapannya monggo. Nah, siapa yang masih salah ? ayao, segera diperbaiki ! 😀
Bahasa Jawa memiliki beberapa manfaat dan peran antara lain :
1. lambang kebanggaan orang jawa yang menjadi harapan dalam kehidupan. Bahasa jawa terbukti efektif membentuk karakter penggunanya.
2. Lambang identitas jawa.
3. Alat pehubungan di dalam keluarga dan masyarakat, sebagai pengantar mengenal budaya jawa.
Semoga, generasi Milenial dan Z yang berada di Jawa Tengah khususnya, sekarang dapat menerapkan bahasa jawa di rumah sehingga tetap lestari walaupun di tengah era digital yang menawarkan berbahasa asing lebih menarik. Berikut cuplikan lengkan perbincangan saya di radio dalam program "Belajar Lewat Radio"di eRTe FM Temanggung bersama Rumah Belajar.
0 Comments
Silahkan Anda berkomentar dengan bahasa yang santun